Friday, June 18, 2010

The Glasses

Yup, seperti judulnya, notes ini memang akan membahas mengenai kacamata. Sebuah benda yang membantu orang-orang seperti saya untuk dapat melihat dengan lebih jelas. Tanpanya, saya sedikit kurang bisa menikmati hidup yang indah ini. Dia ibarat nyawa, tanpanya saya sedikit merasa mati (gaya). Dia ibarat kekasih, tanpanya hati ini terasa hampa….(mulai lebay)

Bagi orang yang sering menggunakan kacamata, pasti mempunyai sedikit kenangan indah tentang benda yang satu ini. Benda yang dipakai ketika sekolah, bekerja, kuliah, mengajar, membuat laporan, memancing, berenang, naik gunung…ups, apa saya menyebutkan kata berenang? Percaya atau tidak, ada segelintir orang, yang karena sadar atau tidak sadar, memakainya saat berenang. Alhasil, tentu saja tenggelam ke dasar kolam.. :P

Mungkin sudah sering mendengar kacamata yang rusak karena terinjak ataupun kedudukan. Berikut ini saya akan membagi pengalaman unik saya dengan kacamata. Si teman yang sudah menemani saja selama lebih dari 7 tahun.


Hampir Saja Hilang

Berenanglah Kacamataku
Coba saja Anda berenang dengan menggunakan kacamata biasa. Dijamin Anda akan melihat lebih jelas, tapi sedetik kemudian Anda akan disibukan mencarinya di dasar kolam. Jika kita berenang di kolam renang tentu akan mudah mencarinya, apalagi di daerah yang tidak terlalu dalam. Bagaimana jika itu terjadi di sebuah kolam air terjun? Ya, saya pernah merasakannya ketika dengan bodohnya berenang di curug Ngumpet, Bogor. Selain konturnya yang tidak rata, warna batuan yang menyerupai kacamata, airnya yang tidak terlalu bening, ditambah mata saya yang kurang melihat, maka lengkaplah penderitaan ini. Untungnya saya sedikit mahir berenang dan bisa menemukan kacamata itu dalam waktu setengah jam ‘saja’.

Baik Itu Tidak Mengenal Orang
Malam itu stasiun manggarai sudah sepi. Hanya beberapa pedangang yang berkeliaran (maaf, maksudnya berseliweran). Ada lima anak dan sepedanya masing-masing sedang menunggu kereta api terakhir menuju Bogor untuk kemudian menuju curug Sewu. Dan seperti dugaan anda, salah satunya memakai kacamata (baca: saya). Sialnya, kami menunggu di tempat yang salah. Sehingga saat kereta datang kami harus melewati dua peron dengan waktu yang sedikit, sambil menenteng sepedanya masing-masing. Saat itu gaya latihan seperti militerpun dilakukan, naik turun peron sambil mengangkat bergantian sepeda dari rel ke peron. Saking hebohnya beberapa gembel yang sudah mau tidurpun ikut menyoraki kami memberikan semangatnya.
Kesialan bertambah, saat saya sadar salah satu lensa kacamata saya terlepas dari bingkainya. Sepeda sudah masuk ke dalam kereta, kereta siap jalan. Beberapa teman menyarankan untuk turun dan mencarinya sebentar. Tapi saya sudah pasrah.
Tepat beberapa detik sebelum kereta jalan, seorang anak jalanan berlari sambil membawa sesuatu dari seberang peron. Sesuatu yang berkilau saat terkena cahaya. Ternyata malam itu saya masih berjodoh dengan lensa kacamata saya. Perjalananpun berlanjut dengan ‘jelas’. Terima kasih bro. saya belum sempat membalas jasa anak tersebut. Semoga keadaannya lebih baik sekarang. Amin.


Sunrise, Kau Terlihat Berbeda Pagi Ini
Jam menunjukan pukul 5. Kami bergegas menuju belakang tenda untuk mendapatkan spot terbaik melihat sunrise di puncak gunung Cikuray, Garut. Teman saya Agal sedang asyik menunggu sunrise dengan memeluk pacarnya. Sedangkan saya, saya memeluk dinginnya angin puncak di pagi hari…brrr…
Tak beberapa lama maka munculah pertunjukan yang sudah kami tunggu-tunggu. Tapi pagi itu matahari tidak tampak seperti biasanya. Ada sedikit keanehan, tapi saya tidak bisa menjelaskannya. Kemudian saya punya ide. Ah, mungkin lensanya kotor. Ketika saya hendak mengelap, tiba-tiba jari saya bersentuhan…
Sial, lepas lagi.


Rest in Peace

Cangkul-cangkul yang Dalam
CIkuray mempunyai jalur yang cukup terjal. Perjalanan pulang pun terasa seperti mainan bagi kami. Awalnya kami berjalan lambat sembari berpegangan pada pohon dan akar. Tapi, tak lama kemudian kami sudah berada dalam pertandingan lari menuruni gunung. Pohon hanya digunakan untuk memperlambat kecepatan dan menjaga keseimbangan kami, tapi tidak untuk berhenti. Lompatan setinggi satu meter, sampai satu setengah meterpun tidak terelakan. Keril kami yang berat semakin mendorong kami menjadi lebih cepat. Mengacu pada pengalaman saat ingin menyaksikan sunrise (oh iya, akhirnya lensa saya ketemu). Maka demi kebaikan saya menaruh kacamata, karena kalau saja jatuh saya harus balik ke atas. Dan saya pasti kehilangan momentum.
Akhirnya setelah satu sampai dua jam berlari, kami mendapati diri kami di sebuah lapangan luas tanpa pohon. Itu adalah kebun kentang dan berlari di kebun yang tidak ada pepohonan untuk diraih sama sekali adalah hal yang sangat sulit. Tak ayal, kami kehilangan keseimbangan dan beguling-gulingan. Lalu dengan bodohnya saling menertawai karena seluruh badan kami tertutupi tanah. Ini lah saat dimana saya membutuhkan benda keramat itu. Tapi ternyata resleting tas saya sudah terbuka dan kacamatanya hilang. Saya pun hanya bisa cengar-cengir sembari mengerjap-ngerjapkan mata dengan harapan bisa melihat dengan lebih jelas (walaupun saya tahu itu tidak membantu sama sekali).

Kau Mengecewakan Bro
Pembubaran Kanopi jamannya Bolay akhirnya berujung pada snorkelling ke pulau Seceng. Snorkelling ternyata sangat menyenangkan. Tapi tidak bagi saya, karena harus melepas alat bantu mata ketika memakai goggle. Saat Snorkelling saya hanya bisa melihat terumbu karang dan warna warni ikan tanpa bisa memastikan letak mata dan pola corak pada kulit ikan. Sangat menyiksa. Kejadian buruk menimpa saya saat pemandu yang menyimpan kacamata, menghilangkan salah satu lensanya. Lalu dengan entengnya menjawab saat dikasih sudah seperti itu. Kau sangat mengecewakan bro. Alhasil, selama sisa acara pembubaran semua terlihat kabur… T.T

Seni Melipat Kacamata
Siang itu saya sedikit panik. Karena hidup saya tidak secerah dulu. Saya kehilangan separuh jiwa. Saya kehilangan kacamata. Setelah beberapa lama akhirnya saya bertanya kepada Ibu saya yang sedang mencuci baju. Dan Beliau mengambil sesuatu dan menyodorkannya kepada saya. Sebuah besi atau kawat yang meliuk-liuk seperti sebuah karya seni tinggi. Setelah diamati ternyata itulah separuh jiwa saya. Digilas oleh kerasnya kehidupan mesin cuci karena saya lupa mengeluarkannya dari kantung celana. Oh tidaak..
Seingat saya ini kacamata saya yang pertama .

Ini adalah beberapa pengalaman saya yang menarik dengan kacamata saya. Sejujurnya saya ini tipe yang teledor. Saya suka menggeletakan kacamata dimana saja dan memakainya pada kesempatan apapun (bahkan saat berenang dan tidur). Tak terasa, akhirnya saya menyadari betapa tergantungnya saya dengan benda keramat itu.. :P

Tuesday, April 27, 2010

Pemanasan Global dan Teori yang Masih Mengambang


Akhmad Fajarullah Syahdin

Beberapa hari yang lalu saya sempat mengikuti sebuah seminar tentang perubahan iklim yang dilakukan oleh himpunan mahasiswa ilmu ekonomi, Depok. Saya pikir sangat menarik bila isu yang sudah sangat umum ini mulai dimasukkan ke dalam pemikiran mahasiswa ekonomi yang selama ini kurang sekali memikirkan dampak ini. Ekonomi selama ini dipandang hanya sebagai alat peningkat kesejahteraan semata. Apapun dan bagaimanapun caranya.

Adalah perubahan iklim yang telah memaksa semua orang di dunia untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungannya. Baik itu melalui kegiatan mengurangi polusi dari diri sendiri. Sampai menciptakan teknologi untuk dipakai orang lain. Lalu apa itu perubahan iklim dan bagaimana bisa terkait dengan ekonomi? Ini menjadi penting belakangan ini, terkait dengan kinerja perekonomian dibanyak Negara yang masih menggunakan teknologi yang katanya tidak ramah lingkungan. Teknologi yang membuat bumi ini semakin panas.

Teori Global
Perubahan iklim adalah terjadinya pergeseran iklim di bumi yang disebabkan adanya ganggguan cuaca. Gangguan cuaca ini disebabkan oleh terjadinya pemanasan global akibat tetap tertahannya panas matahari yang tidak bisa keluar dari bumi. Pada kesempatan kali ini gas efek rumah kaca lah yang sering disebut-sebut sebagai biang keladinya. Polusi karbon oleh pabrik juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kejadian ini. Dari sinilah permasalahan bagi ekonomi terjadi.

Dalam kurun beberapa dekade terakhir telah terjadi aksi global terhadap kesadaran akan pentignya penanggulangan perubahan iklim ini. Sebut saja Kyoto Protocol, dimana semua negara yang bergabung berjanji untuk menurunkan tingkat emisinya pada tahun 2010 lebih rendah daripada satu dekade sebelumnya[1]. Mungkin juga COP-COP yang lainnya. Inti dari semua pertemuan negara-negara yang serupa ini adalah mulai membentuk kesadaran dan langkah aktif mengenai penanggulangan perubahan iklim akibat aktivitas ekonomi yang telah menghasilkan polusi besar-besaran.

Prinsip yang dipercayai mampu mensejahterakan umat manusia secara optimal dalam ekonomi adalah efisiensi dalam penyaluran sumberdaya[2]. Penyaluran yang efisien ini terkait dengan bagaimana cara kita menggunakan, mengolah dan mendistibusikan sumberdaya yang ada untuk memenuhi semua kebutuhan. Sampai penjelasan ini saya sangat setuju. Tapi kemudian kata efisiensi ini juga dipakai ketika sebuah perusahaan ingin melakukan kompetisi dengan perusahaan lain agar dapat menciptakan sebuah barang yang berkualitas dengan harga semurah-semurahnya.

Pada tingkatan ini, efisiensi kompetisi perusahaan akan membuat sebuah perusahaan melakukan segala hal demi terciptanya sebuah efisiensi. Tentunya untuk masa dimana produksi secara besar-besaran sudah umum terjadi, efisiensi ekonomi melalui penggunaan input, teknologi dan variasi menjadi penting. Celakanya, pengejaran efisiensi seperti ini memunculkan ide-ide proses produksi dan output yang luar biasa berpolusi.

Akhirnya, atas nama lingkungan banyak orang yang mulai risih dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat polusi tinggi. Muncul sebuah gerakan yang ‘memakruhkan’ kegiatan ekonomi berpolusi, bahkan bagi sebagian orang ‘mengharamkan’. Tentangan ini bukan hanya dari negara maju yang sudah sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai barang publik(global), tetapi juga sudah merambat ke negara berkembang[3]. Ekonomipun mendapatkan tantangannya. Orang memaksa supaya ekonomi yang sekarang dinilai ‘kotor’ berubah menjadi ekonomi ‘hijau’.

Tentu saja ini bukan lah suatu hal yang mudah, karena akan ada konsekuensi dibalik semua keputusan. Dampak yang paling mungkin terlihat adalah akan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi. Penurunan produksi barang dan jasa. Lebih jauh lagi, dampak yang akan terasa adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan meningkatkan pengangguran. Penurunan ini pastinya akan mengarah pada turunnya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dengan melihat pada penurunan pendapatan. Dalam ekonomi biasa disebut sebagai trade off, yaitu kondisi dimana keputusan apapun yang kita ambil mempunyai dampak yang saling bertolak belakang. Saat kita memilih untuk doing business as usual seperti sekarang ini, maka dampaknya pada lingkungan akan buruk. Tetapi, jika kita memilih untuk mejalankan pertumbuhan ekonomiyang ‘hijau’, maka tidak hanya kesejahteraan akan stagnan tetapi juga akan turun.

Teori lainnya
Bagaimana jika saya katakan bahwa semua teori diatas salah? Bagaimana jika saya katakan bahwa sebenarnya tidak masalah jika kita terus melanjutkan pertumbuhan ekonomi seperti saat ini? Bahwa karbon bukanlah musuh utama dalam perubahan iklim ataupun pemanasan global?

Ada sebuah film dokumenter tentang ini yang berjudul “The Great Global Warming Swindle.” Film dokumenter ini sangat menarik. Bercerita tentang apa akar permasalahan terjadinya global warming saat ini. Tentang bagaimana dipatahkannya teori global tentang pemanasan global dan tidak sedikit ilmuan yang mendukung adanya teori ini.

Film ini menceritakan bahwa penyebab utama dari pemanasan global berasal dari aktivitas matahari. Aktivitas matahari yang terus meningkat berupa ledakan-ledakan kecil dipermukaannya menyebabkan terlemparnya partikel panas ini ke bumi. Inilah yang meningkatkan suhu di bumi menurut film tersebut. Bukti lainnya yang sangat otentik adalah ketika teori ini didukung oleh bukti geologi yang memperlihatkan hubungan antara aktivitas matahari dengan pemanasan yang terjadi dan hasilnya, ternyata lebih dapat menjelaskan ketika dibandingkan dengan produksi karbon[4]. Apalagi rentang waktu yang digunakan jauh lebih lama dari pada yang dipakai dalam film “An Inconvinient Truth”-nya Al Gore.

Mungkin sebagian dari anda mengingat dan menghubungkan ini dengan film 2012. Tapi sejujurnya saya tidak akan membahas masalah itu. Saya lebih fokus kepada masalah mana sebenarnya yang benar. Apakah pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim ini disebabkan oleh produksi karbon atau aktivitas matahari?

Jelas sebagai seorang yang mempelajari ekonomi ini akan berdampak signifikan. Bayangkan kalau saja selama ini ternyata teori global yang menyatakan pemanasan global disebabkan oleh karbon adalah salah. Maka kedepannya negara akan kehilangan salah satu alasan kuat untuk melarang perusahaan berproduksi di tingkat yang menyebabkan polusi[5].

Saat seminar saya sempat menanyakan kepada Dr. Armi Susandi, MT tentang pertanyaan diatas.[6] Walaupun memberikan jawaban yang cukup ilmiah, tapi saya rasa argumennya masih lemah dan mengambang. Beliau menjawab bahwa pengukuran melalui geologi memang bisa melihat dengan rentang waktu yang lebih panjang. Namun, fenomena tingginya polusi ini baru terjadi beberapa ratus tahun terakhir. Sedangkan geologi tidak bisa memperlihatkan lapisan tanah untuk jangka waktu pendek. Apabila nantinya ternyata bisa dilakukan pembuktian dari geologi, maka tentunya kita harus mengakui bahwa aktivitas mataharilah penyebabnya.

Dari jawaban Beliau saya menyimpulkan bahwa ternyata memang masih meragukan teori pemanasan global yang ada saat ini. Bahwa, teori ini belum secara pasti menjawab permasalahan yang sangat sensitif dikalangan ekonomi, khususnya ekonomi lingkungan. Bahwa, teori global yang selama ini kita pahami ternyata masih mengambang kepastiannya.





[1] Amerika Serikat sebagai negara maju dengan tingkat kontibusi polusi sebanyak 30% (menurut film an inconvinient truth) justru tidak mau ikut dalam perjanjian ini. Jelas saja secara ekonomi perjanjian ini akan mengancam sistem produksi dan efisiensi yang di dapat dari penggunaan teknologi ‘kotor’.
[2] Sumberdaya disini bisa manusia, waktu, kekayaan alam, dan sebagainya.
[3] Walaupun sebenarnya polusi dari pabrik-pabrik di negara berkembang merupakan pabrik-pabrik pelarian dari negara maju akibat penerapan standar lingkungan yang tinggi. Sehingga akan lebih menghasilkan profit jika produksi dilakukan dinegara berkembang yang masih rendah standar lingkungannya.
[4] Terlepas dari permaslahan bahwa ini merupakan film pesanan dari Negara maju. Ada baiknya dilakukan pembuktian terhadap teori ini.
[5] Terlepas dari efek buruknya pada kesehatan masyarakat sekitar.
[6] Salah seorang pembicara dalam seminar. Beliau adalah salah satu dosen di Institut Teknologi Bandung.

Saturday, April 10, 2010

Titik Nadir Tertinggi dalam Hidup

Mentari itu seakan malu-malu kepadaku
Merangkak naik dari balik pegunungan Semeru
Kuamati lebih jelas, 
Ah, ternyata hanya cahaya merahnya saja, bukan mataharinya

Pelan-pelan pemandangan itu jelas terlihat
Hijaunya bukit kecil dihadapanku, juga kawan-kawan di kiri-kanannya
Indah sekali
Bintangpun seakan menghilang dari langit
Aku tersenyum menikmatinya

Sesekali angin dingin menelusup ke dalam pakaianku
Rupanya, musim kemarau ini membuat angin sedingin es. 
Bahkan, tiga lapis baju ini tak bisa menahannya.
Sungguh belum pernah merasakan yang sedingin ini

Menyandarku pada tanah dan pasir ini
Di kemiringan lebih dari empat puluh lima derajat
Kaki ini sudah kepayahan untuk berjalan
Tangan ini sudah mati tidak berasa
Raga ini sudah sampai pada batas maksimalnya
Aku ingin berdiri, tapi semangatku sudah habis
Habis dimakan perjalanan tiada henti
Habis tercecer dijalanan setapak terakhir

Di ketinggian tiga ribu enam ratus meter ini Aku menyerah
Menyerah pada hidup yang hanya mendapatkan kebahagian semu
Menyerah karena ini tenaga terakhirku yang sekarat
Menyerah pada perjalanan menuju puncak
Menyerah karena semua terasa tidak mungkin tercapai

Lalu Aku mengantuk
Nyaman sekali saat ini, sejuk terasa di hati
Pemandangan, pikiran dan suasana ini membuatku nyaman dan tidak ingin beranjak
Sesaat ku lupa siapa Aku
Lupa dimana Aku, sedang apa, untuk apa
Lupa ayah, Ibu, Saudara, hutang, kewajiban, Aku lupa semuanya

Aku ingin terus seperti ini
Aku ingin terlelap di keadaan seperti ini
Karena ku tahu, jika ku bergeser sedikit saja, maka takkan sama lagi perasaan ini

Akupun mengantuk
Ketika ku mulai menutup mata
Tiba-tiba terdengar alunan yang ku kenal
“Aku terdampar disini…tersudut menunggu mati…”
Terus dan terus berputar di kepalAku
“Aku pulang…Tanpa dendam”
Lanjutnya lagi
Begitu terus berulang-ulang

Kemudian Aku bertanya dalam hati
Apakah Aku akan mati disini?
Apakah Aku akan mendapatkan tempat di Arcopodo
Sebuah batu bertuliskan
‘IMMEMORIAM Akhmad Fajarullah Syahdin 2004’
APAKAH KAU AKAN MENJEMPUTKU SEKARANG TUHAN???

Jangan Tuhan…Jangan sekarang
Sungguh Aku belum siap untuk mati Tuhan
Dosaku banyak, terlalu banyak
Aku tak ingin disiksa Tuhan
Neraka-Mu terlalu sadis Tuhan
Ibu…dimana kau…
Ayah….
Tolong Aku…


“Jar… Jar… Ayo, puncak sedikit lagi” seru temanku Jemi
Lalu Aku tersentak, membuka mata
Pemandangan ini, tanah miring ini
Terima kasih Tuhan, Kau belum mengambilku

Muncul kembali tenaga yang sempat habis
Semangat yang kubuang selama perjalanan
Kini Aku tahu kemana arahku
Ku berdiri dan mulai berjalan mendaki
Ku campakkan kenyamanan itu
Karena ku tahu, Aku menuju ke sesuatu yang lebih besar
Lebih baik dari tempatku sekarang
Dan Aku ingin menggapainya dengan kekuatanku
Bahkan ketika harapan itu terlihat semu


Cemoro Tunggal-Mahameru, 04:30am 2004

Tuesday, March 2, 2010

Ujung Genteng


Tiba-tiba siang ini saya terpikir untuk mengabadikan moment bersama teman-teman yang saya cintai dalam bentuk sebuah tulisan, karena bahkan hingga sampai saat ini gelak tawa (karena ngecengin) dan senyum-senyum malu-malu itu (karena dicengin) masih bermunculan di pikiran saya. 10 peserta yang beruntung itu adalah Ganes, Alit, Rena, Kopet, Magda, Amel, Gw, Dita, Fahmi dan Nevira. Kita Pake 2 Mobil. Mobil Alit dan Ganes. Tujuan kita, Ujung Genteng, Curug Cikaso, dan Penangkaran Penyu Hijau.
Sebenarnya seperti yang sudah diketahui bersama, bahwa rencana reunion xdust ini muncul dari beberapa tahun yang lalu. Saat itu secara aklamasi dan tanpa keahdiran saya, teman-teman telah menunjuk penanggungjawab (PJ). Ya, saya yang ditunjuk saat itu. Tapi maaf saya tidak bisa memenuhi keinginan itu. Saya tahu betapa kecewanya teman-teman semua.
Selang beberapa tahun, 2 tahun tepatnya. Isu mengenai reunion xdust kembali menghangat di acara buka bersama xdust tahun lalu. Dan entah mengapa akhirnya pj yang kembali terpilih adalah saya ( kemungkinan ini karena gw doang yang masih kuliah….T-T). Jujur saya senang, sekaligus takut. Takut kembali menelantarkan amanah yang berat itu. Mengingat skripsi saya yang tak kunjung kelar (curhat mode:on)…
Akhirnya dengan berbagai kesepakatan dll. Saya menyanggupinya. Dukungan dari teman-teman sangat besar, hingga saya semakin yakin akan keberhasilan acara ini. Sebuah tim yang kompak dan mampu bekerjasama.
Get Ready
Setelah melakukan banyak pertemuan akhirnya pada tanggal 26-02-2010 jam 21.30 kita semua berkumpul di rumah Rena. Ada 10 orang yang berangkat (dari posisi awal 15) ditambah Acid yang walaupun tidak bisa ikut tapi tetap mau membantu mengantarkan kentang goreng buatan sendiri (maknyusss bow kentang gorengnya…) sekalian mengantarkan kepergian kita semua (eh, kita semua atau sesorang ya? :P). Anyway kita tetap senang dengan kontribusi yang telah diberikan kok…hehe
Petualangan dimulai dengan berdoa lalu menerima wejangan dari Bokapnya Rena (makasih om udah sharing pengalaman ke kita).
Kejadian Pertama Jumat, 21.45
Akhirnya perjalanan dimulai. Rombongan pun bergerak. Dijalan anak cewe di mobil ganes pada mau beli minum dulu, jadi kita beli di indomaret komsen. Makanya gw sms alit supaya nungguin di depan tol komsen.
Sms
Fajar : Lit, nanti kita mau ke indomaret dulu, tungguin di depan pintu tol ya. (Tol Komsen maksudnya)
Alit : Ok
Setelah mampir ke indomaret untuk beli minuman botol, kitapun melaju ke arah tol Komsen. Lumayan lama menunggu di dekat bunderan depan tol, Alit masih tak kunjung datang. Tiba-tiba ada kabar kalo dia sudah masuk tol. Bah, macam mana pula? Sempat ada yang nyeletuk, Jangan-jangan dia ngira nungguinnya didepan pintu tol Ciawi lagi… gubraak…
Kejadian Ke 2 Jumat, 23.00
Ketika sampai di ciawi ternyata jalanan cukup lancar. Walhasil teman-teman pengemudi kita melaju bak seorang supir angkot 02 yang sedang mengejar penumpang di Terminal padahal posisi sekarang masih di Pasar Rebo… Ngebut plus nyalip-nyalip. Yah, lumayan lah olahraga dikit… Jantungnya. Cuma ada dua orang yang anteng, Dita ama Amel. Pas ditanya, ternyata mereka udah tidur. (pantesan Alit ngebut mulu…)
Kejadian Ke 3 Sabtu 01.00
Setelah melewati pertigaan terakhir ke arah Pelabuhan Ratu, tiba-tiba sedan merah berhenti. Fahmi dan kopet dengan Google Maps-nya keluar menghampiri mobil kami.”Re, bukannya tadi kita belok kiri? Ini kalo kita terus, kita malah tambah jauh. Tadi di plang juga tulisannya belok kiri bukan lurus.” Protes fahmi sambil menunjukkan peta.
“Tenang aja mi, kalo menurut yang Gw baca kita emang ke Pelabuhan Ratu dulu. Nanti dari sana baru kita nyari pertigaan ke arah Ujung Genteng,” jawab Gw sok meyakinkan mereka. Jujur, selama perjalanan itu Gw bener-bener ga tau jalan sama sekali. Gw bersotoy-sotoyan ria. Dan akhirnya benar aja yang dibilang fahmi, kita ga nemuin jalanan yang mengarah ke Ujung Genteng. Kita kesasar. Maaf ya temans…..hehehe
Kejadian Ke 3 Sabtu 04.15
Saat itu menjelang pagi setelah sholat subuh, perjalanan beberapa jam membuat perut ini terus lapar. Ganes saat itu sambil menyetir, memakan keripik singkong KingKong yang ada di dekat perseneling, sesekali dengan tangan kirinya. Ini menggugah selera saya yang sedang kelaparan, dan ketika saya sudah memasukan tangan dan hampir meraihnya. Tiba tiba saya teringat sesuatu dan mengurungkan niat untuk mengambil.
1 jam sebelumnya.
Masjid dalam keadaan kosong (hanya ada satu bapak-bapak yang sedang sholawatan) dan kamipun segera berwudlu. Tapi apa daya ternyata pompa airnya lagi mati. Mau tidak mau kami mengambil air dari sumur. Tapi emang dasar orang kota, ngambil air pake sumur aja senengnya minta ampun, ampe pada foto-foto segala…hahaha…
Kejadian berlanjut ketika Ganes mules dan menyalurkan hasratnya di toilet masjid tersebut. Dan sodara-sodara, dia pun keluar toilet tanpa mencuci tangan dengan sabun….hahaha… itu sebabnya saya mengurungkan niat untuk mencicipi keripik singkong yang menggoda itu.
Kejadian ke 4 Sabtu 10.00
Setelah menikmati indahnya Curug Cikaso dan sensasi menaiki perahu sebagai alat transportasinya. Kamipun mandi dan mengganti pakaian kami. Rupanya tempat parkir kami yang seperti rumah itu juga menyediakan jasa bersih-bersih. Dibelakang dan disamping rumah terdapat empang. Pokonya emang masih desa banget deh. “kok airnya kotor ya?” tanya Ganes pelan. Akhirnya Saya mengetahui kalau airnya itu merupakan air sumur yang ditimba langsung oleh pemilik rumah. Lalu setelah di mobil kami membahasnya dan sebagian menyatakan tidak menggosok giginya. Lalu ada yang nyeletuk, mungkin dia nimbanya dari empang kali….jiaaaah…. (sangat tidak bisa membayangkan bagaimana yang kemaren sikat gigi disana, pastinya sempat merasakan rasa gurih-gurih gimanaa…gitu)
Kejadian ke 5 Sabtu, 21.30
Ternyata kita baru tau loh kalo anak cewenya pada rajin semua dan tipe ibu rumah tangga yang baik. Mereka bersih-bersih, mereka masak, cucipiring, dll. Sangat membanggakan. Nah, kejadian dimulai saat lobster dan ikan panggang plus ikan gorengnya udah kelar. Pas dicoba kok nyelekit banget asinnya. Tadinya sih gw kira karena kelamaan berendem di laut selama hidupnya ya terang aja asin lobsternya. Usut punya usut ternyata ada cewe xdust yang kebanyakan ngasih garam, maksud hati biar ga amis, tapi ternyata malah bikin lobsternya wasiin. Mulai muncul isu kayanya yang garemin udah ngebet nikah,,,hahaha…. Walaupun gw ga tau siapa yang garemin tapi ngeliat respon nevira yang sedikit marah, jadi tau deh siapa yang mau nikah. Ayo mi, dilamar saja…hehehe…kidding bro.
Kejadian 6 Minggu, 09.00-12.00
Dari sekian banyak pengalaman bersama xdust akhirnya gw sadar betapa banci fotonya kita…hahaha..(awas kalo ada yang ga ngaku).
Perjalanan pulang tuh bener-bener banyak berhentinya, dipantailah (yang ini rombongan alit rupanya berkhianat dengan berhenti tanpa bilang-bilang), di plang jalan ujung genteng lah, di gapura, di kebun the yang ga jelas (disini alit sempet ga keliatan lumayan lama, rombongan mobil ganes sebenernya sempet curiga kalo rombongan alit berhenti untuk foto-foto dijalan, ternyata ada dita dapet musibah kecil..hehehe), di bukit sebelum pelabuhan ratu.
Yup, ini tempat emang keren banget, karena jarang banget bisa dapet tempat tinggi di pinggir pantai terus di pemandangannya divariasiin dengan bukit sedikit menutupi pantai yang birunya muda dan indah. Semuanya pada menggila, Cuma gw doang yang ga..hehehe…
Cerita-cerita diatas adalah beberapa kejadian yang paling manis, lucu, jijik, menggelikan, aneh, dan kekeluargaan di petualangan akhir februari kemaren…. Tapi memang yang paling menyenangkan adalah ketika kalian semua puas dengan reunian kita kali ini…
Mungkin 2 hari 2 malam tidak lah cukup. Bahkan, mungkin seribu malam pun tak cukup untuk membagi senyum manis dan tawa bahagia ini untuk kalian.
See you on next trip guys… Jangan lupa bawa jeruk nipis ya… biar ga amis…